Driver Smart

‘Hidup ini penuh dengan spekulasi, dan aku harus berani mengambil spekulasi untuk maju meski harus berkorban’.Pernyataan luar biasa yang saya dengar dari salah satu driver di kantor saya. Dan dia adalah provokator bagi rekan2 outshourching lain di kantor untuk diajak kuliah. Usahanya tidak sia2, dia berhasil mengajak 2 orang rekan outshourching lain untuk mengnyam bangku kuliah. Tujuan dia cuma satu, agar hidupnya bisa berubah tidak hanya menjadi seorang sopir, dan dia yakin dia bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan gelar yang kelak ia dapatkan.

Semangatnya buat belajar sangat tinggi, dan saya malu dengan diri sendiri karena merasa puas dengan ilmu yang saya miliki sekarang. Dia memangseoragn driver yang ulet, pagi sampai sore kerja sebagai driver, sementara malamnya dia harus kuliah, dan saat libur dia menjadi sopir angkot. ‘Selagi aku masih bisa bekerja, maka aku akan bekerja untuk hidupku dan keluargaku’, itulah pernyataan dia yang lain yang membuat saya memuji dan membuka mata saya kalau sebenarnya saya bukanlah apa-apa. Berselang 2 minggu di pantry kantor, saya melihat dia sedang sibuk mengisi aplikasi pengajuan kredit laptop, kemudian saya bertanya, laptop itu buat siapa ?

Dengan entengnya dia menjawab, buat aku menyimpan data kuliah, dan buat mengerjakan tugas di rumah. Karena kalo pagi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena harus antar jemput marketing, makanya kalau ada tugas atau bahan kuliah, aku bisa mengerjakannya di rumah. Aku tanyakan lagi dengan dia seolah-olah saya sebagai petugas survey dari finance/leasing yang mensurvey dia. Gajimu berapa, terus dengan pengeluaran segala macam itu, apakah masih sanggup untuk mengambil kredit ? Dengan sangat jujur, dia menjawab, ‘gajiku cuma Rp. 1,2 juta chan, bayar cicilan kuliah Rp. 150rb/bulan, bayar kontrakan rumah dan listrik RP. 190rb/bulan, angsuran laptop ini berkisar Rp. 365rb/bulan, dan sisanya buat hidup bersama istri dan ke-2 anakku yang masih kecil. Tapi inilah spekulasi chan, semua ada resiko, kalau ingin maju ya harus berkorban walaupun di awalnya kita akan merasa menderita tapi pada akhirnya kita akan merasakan sukses dari pengorbanan ini.

Kembali dia mengeluarkan pernyataan2 yang membuat saya malu dan merasa bangga mempunyai teman yang luar biasa seperti dia. Saya tidak pernah memandang dia sebagai driver, saya hanya memandang dia sebagai partner kerja yang kebetulan job desc nya adalah seorang driver kantor.